Matematika merupakan salah satu Mata pelajaran yang cukup ditakuti oleh para peserta didik, namun bukan hanya siswa, pendidik, bahkan pakar pendidikan juga takut dengan pembelajaran Matematika. Benarkah demikian? yang pertama mungkin karena matematika adalah ilmu pasti, jadi jawaban nya hanya benar atau salah. Pendapat lainnya juga berhasil saya kutip dari salah satu pakar pendidikan yaitu pak bahar. Berikut ini artikel yang beliau posting melalui catatan fb nya. Semoga menambah wawasan bagi dunia pendidikan.
Matematika masih menjadi hantu yang menakutkan bagi para guru dan orangtua siswa, opini ini terus berkembang, tiada yang mampu menghentikannya. Betapa tidak, karena para pakar pendidikanpun malah justru menakut-nakuti publik. Mereka dengan kebijakannya melarang anak usia TK dan PAUD untuk belajar berhitung . Bahkan kini sedang diusulkan agar siswa kelas 1 dan 2 SD tidak belajar berhitung (matematika). Luar biasa..!!! ketakutannya.
Setelah kami amati secara seksama, ternyata ketakutannya ini hanya di karenakan beberapa hal, yang sebenarnya kami sudah lama memberikan solusinya. Dan berhasil dengan bukti-bukti yang nyata, dengan kesaksian-kesaksian dari para guru, orangtua siswa maupun siswanya itu sendiri, yang telah bergabung di lembaga kami.
Alasan ketakutan (terhadap matematika) yang disampaikan oleh pakar pendidikan itu diantaranya adalah :
- Secara psikologis pelajaran berhitung membuat kondisi anak tertekan.
- Untuk memberikan kebebasan dan kenyamanan belajar pada usia keemasan anak 3-8 tahun.
- Usia 3-8 tahun adalah waktu buat anak-anak untuk bermain, dalam usia bermain anak akan menghidupkan jaringan otak kanan dan otak kirinya masing-masing 100 miliar jaringan kecerdasan.
Jika itu yang menjadi alasan, maka sangat keliru menyimpulkan bahwa pelajaran berhitung menjadi penyebabnya. Saya tidak habis pikir mengapa para pakar pendidikan begitu sederhana menyimpulkannya. Jika mereka tidak mampu mencari solusi untuk menghindari terjadinya alasan-alasan diatas jangan pelajaran berhitungnya yang di "kambing-hitam"kan. Ini namanya pembodohan buat masyarakat, para guru, orangtua siswa termasuk para siswanya yang sedang belajar.
Kami paham betul, bahwa kesimpulan ini bukan diniatkan untuk membodohi masyarakat, tetapi justru untuk menyelamatkan anak-anak dari tekanan dan rasa takut mereka akibat proses pembelajaran matemaatika yang selama ini terjadi. Kalau begitu yang salah bukanlah pelajaran matematikanya, melainkan cara dan pendekataannya, sehingga membuat siswa merasa tertekan, bingung, jenuh bahkan takut.
Kalau begitu yang harus dicarikan solusinya adalah, bagaimana agar proses pembelajaran matematika tidak membuat anak menjadi tertekan, tidak menjadi binging, tidak merasa jenuh apalagi merasa takut. Metode apa yang harus diterapkan untuk proses pembelajaran matematika yang baik dan benar, sehingga anak-anak belajar lebih mudah, cepat, cerdas dan menyenangkan.
Untuk proses pembelajaran matematika yang baik dan benar, alhamdulillah Kami telah menemukan solusi dan jawabannya, yakni belajar matematika dengan Metode Jari Aljabar. Metode ini di konsep sedemikian rupa sehingga anak belajar matematika lebih mudah, cepat, cerdas dan menyenangkan. Anak belajar tanpa beban, tanpa tertekan, tanpa rasa jenuh dan tanpa rasa takut. Bahkan anak akan bangga dan tumbuh kepercayan dirinya serta semangat belajarnya. Konsepnya belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar. Dengan metode ini, kami telah membuktikannya dan telah mencetak anak-anak bintang Indonesia di berbagai daerah.
Jadi, kekhawatiran para pakar pendidikan selama ini terjawab sudah oleh sebuah metode belajar berhitung yang lebih mudah, cepat, cerdas dan menyenangkan, yakni dengan Metode Jari Aljabar. Bukan hanya itu, metode ini juga dapat membantu 8 aspek pengembangan dan pertumbuhan pada diri anak. Jika demikian mari kita putus mata rantai ketakutan ini. jangan lagi rasa takut ini kita wariskan kepada anak-anak kita. Dan para pakar berhenti menakut-nakuti masyarakat.
Metode Jari Aljabar ini digagas dan ditemukan oleh Bahruddin MD dan sudah memiliki Hak Cipta dan Anugerah Rekor MURI atas penemuannya yang orisinil. Telah bekembang di berbagai propinsi dan daerah di Indonesia. Dipercaya oleh beberapa perguruan tinggi untuk diajarkan sebagai pembekalan kepada mahasiswa fakultas pendidikan jurusan matematika. Dan diterapkan di sekolah TK dan SD diberbagai daerah sebagai program ekstra kurikuler atau mulok.
Demikian, semoga para guru tidak lagi merasa kesulitan apalagi merasa bersalah dalam menerapkan pelajaran berhitung bagi anak usia dini. Karena kini sudah ada jalan keluarnya atau solusinya, yakni belajar berhitung dengan Metode Jari Aljabar.
Terima kasih dan mohon maaf apabila ada kata dan bahasa yang kurang berkenan. Salam Pendidikan buat semua guru dan orangtua siswa. Semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang pintar, soleh dan sholehah. Aamiin.